Minggu, 02 Maret 2014

Saya Benar dan Anda Salah !

Sering kita melihat dua pihak atau lebih dalam melakukan komunikasi, atau adu argumen dimana kadang kala tidak ada titik temu satu sama lainnya. Masing-masing dari pihak tersebut saling ngotot mempertahankan pendapat yang mereka yakini benar. Untuk yang lebih ekstrimnya, percakapan tersebut justru menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan.

Komunikasi atau adu argumen itu dapat di temukan di percakapan sehari-hari, ataupun diskusi lainnya yang menggunakan berbagi media. Kejadian ini sebenarnya lumrah, karena masing-masing individu tersebut pastilah berkata dengan dasar dan alasan yang jelas. Salah satu pihak berkata dengan dasar ini dan itu. Namun dibantah oleh pihak kedua dengan dasar yang lain. Selagi semua proses komunikasi masih dalam koridor, semua masih sah-sah saja, dan itu akan saling mencerahkan satu sama lainnya.

Permasalahan yang sering muncul adalah, masing-masing pihak selalu menekankan pada diri mereka “Saya benar dan anda salah !”. Tentunya hal ini tidak bisa dibenarkan. Prinsipnya, selagi percakapan atau komunikasi tersebut masih bersifat ilmiah, maka disini tidak ada istilah benar atau salah secara mutlak, karena tidak terlepas dari hal yang logis yang telah diuji dari berbagai sisi dan bisa dipertanggung-jawabkan.

Perumpamaan benar atau salah yang bersifat tidak mutlak ini dapat kita ibaratkan dengan dua orang buta yang memperdebatkan penggambaran seekor gajah bagaimana yang sebenarnya. Orang buta pertama menyatakan bahwa gajah itu seperti ular, sementara orang buta kedua menggambarkan gajah itu seperti pohon yang lurus. Mereka berdebat saling mempertahankan pendapat masing-masing karena sama-sama merasa benar.

Kedua orang buta ini hanya memandang dari sudut pandang masing-masing. Orang buta pertama mengatakan gajah seperti ular karena yang dia pegang dan rasakan adalah ekor gajah. Orang buta kedua yang mengatakan gajah seperti pohon karena yang dia pegang adalah kaki gajah.

Dari perumpamaan diatas, masing-masing dari mereka tidak bisa dikatakan salah, walaupun tidak mutlak itu dikatakan benar. Hal ini terjadi karena masing-masing belum menggunakan alasan logis yang telah diuji dari berbagai sisi, kemudian saling berdebat dengan berbagai keterbatasan. Akibatnya, percakapan ini tidak akan pernah berkesudahan..

Maka dapat kita simpulkan bahwa, ketika melakukan komunikasi atau diskusi langsung maupun tidak langsung, tidak akan ada hal yang benar secara mutlak, karena hal yang paling mendekati benar itu adalah hal yang bisa diungkapkan atau disajikan berdasarkan paling banyaknya alasan logis yang telah teruji dari berbagai sisi dan sudut pandang digunakan.

Sedangkan hal yang bijaksana adalah tidak selalu berkutat kepada pembenaran terhadap pendapat diri sendiri, dan menghindar dari hal-hal yang mengarah kepada perdebatan. Maka dengan menghilangkan konsep “Saya benar dan anda salah !“, diharapkan setiap komunikasi yang dilakukan, bisa semakin menyenangkan dan memberikan bisa memberikan pencerahan .. :)

Referensi:

Pengantar dari Prof. Eddy R. Rasyid, [26.02.2014]. Beliau juga menerangkan bahwa semakin berilmu seseorang itu, maka akan semakin paham orang tersebut tentang konsep ini, bahwa tidak ada benar yang mutlak. Disini beliau berbicara suatu hal yang bersifat ilmiah (suatu yang bisa diuji kembali), ketika mendefenisikan pengertian dari sebuah teori.

4 komentar:

  1. wah luar biasa mas artikel nya. Izin menyimak dan belajar ya. Menambah pengetahuan nih untuk saya :)

    BalasHapus
  2. ini memang sering terjadi bos, kadang sampai hampir berantem, hehehe...

    BalasHapus
  3. saya malah jadi ingat sama dosen mas. Kalau dosen itu selalu benar. Nah, kalau mahasiswa itu selalu salah. Statemen tersebut berlaku bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang nyusun skripsi :D

    BalasHapus
  4. saya benar dan anda salah, kamu jangan merasa paling benar sendiri!sebenarnya orang yang bilang "kamu jangan merasa benar sendiri!"itu dia lagi merasa benar sendiri, tapi gak nyadar :(merasa benar itu fitrah, tak perlu dilarang, tapi...harusnya bisa berfikir jernih, bisa memberi bukti, menghargai perbedaan pendapat, dan kalau terbukti salah...jangan mengedepankan emosi

    BalasHapus